HOME

Selasa, 02 Maret 2010

Ibu Lia dengan Rasa Juice Melon

Namaku Dimas, lahir di Denpasar Bali 30 tahun yang lalu. Tinggi 170 cm. Hobby main music, fitnes dan sports. Aku punya kebiasaan kalau aku bercinta suka menggunakan buah-buahan seperti: anggur, cherry, duku, madu, es cream, coklat dll. Makanya aku sering dibilang penjual buah-buahan surgawi. Dan kebiasaanku yang lain adalah aku paling suka kalau berkencan dengan wanita yang umurnya lebih tua dari aku. Seperti kisahku ini.
Namanya Lia, seorang ibu muda umurnya 35 tahun, hidup bahagia dengan satu orang anak dan suami kaya. Perkenalanku pertama berawal di sebuah restoran di seputaran kota Denpasar. Pada saat aku makan dengan teman-teman yang kebetulan aku juga kenal dengan pemilik restoran itu, seperti biasa disana ada live music setiap malam minggu. Aku duduk di meja agak paling belakang, sementara Ibu Lia dan teman wanitanya duduk bersebelahan denganku. Dari pertama aku ngelihat dia, aku sudah tertarik dengan gaya dan wajahnya yang cantik dengan pakaian sexynya. Hanya saja Ibu ini kayaknya tidak memperhatikan aku. Mungkin karena sifat wanita memang begitu atau mungkin Ibu ini jinak-jinak merpati ya? Who knows.
Lamunanku dikejutkan dengan dipanggilnya namaku oleh penyanyi yang ada di depanku yang kebetulan aku kenal karena aku sering ke-restoran ini setiap malam minggu. Aku berdiri untuk menjadi tamu kehormatan dan disuruh menyanyikan beberapa lagu untuk para tamu di-restoran ini. Kemudian aku nyanyi lagunya Yulio Iglesias [CRAZY] sambil main keybord. Dan ketika aku nyanyi, ternyata Ibu Lia memperhatikan aku terus. Matanya seperti tidak berkedip sedikitpun melihatku nyanyi.
Setelah dua tembang aku nyanyikan, aku kembali duduk dan menyantap hidangan malam itu. Beberapa menit kemudian pelayan restoran itu datang menghampiriku dan membawa secarik kertas yang isinya. “Tolong hubungi, di nomer ini setelah pukul 22.00 WITA.. Lia”
Pukul 22.00 WITA tepat aku telpon Ibu Lia. “Hallo.. Ini Ibu Lia ya..?” tanyaku deg-degan. “Pasti.. Dimas.. ya?” jawab Ibu Lia singkat. “Lo.. Kok tahu nama saya, kan belum kenalan?” jawabku mencoba untuk tenang. “Ya.. Aku sudah tahu nama kamu dari Mbak Ira, penyanyi wanita itu.. Dan katanya kamu pinter nyanyi dan sedikit nakal..!” jawabnya lagi.
Menurut pengalamanku kalau ada cewek yang ingin tahu dataku, ini pasti ada udang dibalik batu. “Mmh.. saya bisa ketemu ibu nggak malam ini?” tanyaku mulai berani. “Mmh.. Boleh tapi sekedar ngobrol aja ya Dimas..?” jawab Ibu Lia rada was-was. “Ok.. Dech.. barangkali saya bisa menghibur Ibu di malam minggu ini walau hanya lewat tembang.”
Setelah aku tutup HP-ku, aku meluncur untuk menjemput Ibu Lia di suatu tempat. Kemudian kami meluncur ke sebuah pantai. Disana kami cerita banyak dan banyak sekali pertanyaan yang ternyata Ibu Lia suka akan suaraku waktu aku nyanyi. Katanya mengingatkan akan nostalgianya dulu. “Sekarang kamu tidak boleh lagi memanggil saya Ibu Lia, tapi Mbak Lia. Ok..?” “Baiklah Mbak Lia cantik dan sexy.!!” jawabku mulai menggoda. “Mumpung suami Mbak lagi pameran di luar negeri, gimana kalau saya ajak Mbak nyanyi di sebuah karaoke. Dan senang sekali rasanya kalau saya bisa mendengar suara merdu Mbak Lia,” tanyaku memuji.
Dengan bahasa tubuh Mbak Lia aku sudah mengerti maksudnya. Dan tanpa pikir panjang aku meluncur ke sebuah Karaoke. Sengaja aku nyanyikan lagu-lagu melankolis. Dan aku pura-pura nggak dengar ketika dia menanyakan sesuatu, agar aku bisa lebih dekat ke wajahnya. Dan.. Mmmh.. tercium aroma khas farfum Etine Eighner yang dia pakai. Ketika kusentuh tipis bagian pipinya dengan hidungku, dia pun menggeLiat manja penuh harap. Dan ketika kudekati bibirnya, Mbak Lia pun melumat bibirku dengan mesra.
“Mmmh rasa strawberry..” tanyaku nakal. “Apanya yang rasa strawberry..?” jawab Mbak Lia kaget. “Bibirnya Mbak Lia.. Rasa strawberry.. dan sudah saya rasakan. Dan saya kepingin sekali merasakan enaknya rasa juice melonnya Mbak Lia..?” tanyaku sambil melirik ke bagian bawah perutnya Mbak Lia. Mungkin Mbak Lia sudah mengerti maksudku. Dan sambil berciuman, tangan Mbak Lia mulai berani meraba-raba celanaku yang dalamnya sudah kepanasan minta keluar. Kupegang pundak Mbak Lia, sementara tangan kiriku perlahan-lahan kubuka kancing celananya sambil kuturunkan bibirku ke kedua gunung kembarnya. Yang sebelumnya sudah aku olesi dengan madu sachet yang aku beli di Apotik.
“Ochh.. Enak Sekali. Dan untuk pertama kalinya aku ngeseks pakai madu segala.. Untuk apa Dimas.. Ohh..?” tanya Mbak Lia dengan nafas nggak teratur. “Ya.. Beginilah caranya kumbang menghisap madunya!” jawabku sekenanya. Kemudian madunya aku teteskan dari pusar sampai ke bibir vagina Mbak Lia. Perlahan-lahan kujilati bagian yang paling sensitif itu. Nampak tubuh Mbak Lia terguncang saking gelinya karena daerah klitorisnya aku sentuh dengan lidahku. Bulu kemaluannya yang tampak rapi sehabis di cukur menambah nuansa kegairahanku untuk menyedot Mrs. V-nya dan belahan kemaluannya bagai buah kedondong dibelah, nampak merah dan bersih.
“Terus Dy.. Jangan dilepas Ochh..!” “Sayang.. Aku nggak kuat.. Geli sekali.. Masukin Dy.. Auhch!” pinta Mbak Lia. Karena lidahku juga sudah capek.. kemudian aku buka celanaku dan dengan posisi Mbak Lia bersandar di sofa, Perlahan tapi pasti penisku aku masukin dan.. “Ochh.. Dimas kenceng banget punyamu..!”. “Terus Dy.. Wow.. Shhsshh” sebenarnya Mrs.V-nya Mbak Lia ternyata masih Oke buktinya penisku dicengkeramnya. “ohh.. Masuk semua Mbak.. Wow..” kataku sambil kukilik pentil vaginanya sampai keluar lendir dan tampak basah.
Kemudian leherku ditariknya lalu melumat bibirku penuh nafsu. Kukocok vaginanya dengan penisku. Sementara Mbak Lia berteriak-teriak kecil menahan geli. Dan aku bersyukur karena suara musicnya keras. Bisa dimarah kalau ketahuan ngeseks di tempat karaoke. “Sayang.. Aku sudah nggak kuat.. Mau keluar achh..” pinta Mbak Lia penuh keringat. Dan dengan sedikit goyang, punggungku dicengkeram tangan Mbak Lia dengan kuat sekali dan.. “Ochh.. Sayang.. Aku keluaar uhh.. sshh,” suara Mbak Lia dengan puncak kenikmatannya. Sementara aku masih geli dengan penis yang masih kenceng memaksa untuk memompa vaginanya Mbak Lia untuk kesekian kali sampai aku mandi keringat, limabelas menit kemudian.. “Mbak Lia.. Aku hampir keluar.. Ochh.. Crot.. Crot.. Crot” spermaku keluar dan nyembur di pusar Mbak Lia yang putih bersih Itu.
Sekitar tiga jam aku dan Mbak Lia di Karaoke, kemudian aku antar Mbak Lia pulang. Kulihat disekeliling rumah dalam keadaan sepi, yang ada hanya pembantu dan anaknya yang semuanya pada tidur. Sebenarnya aku hendak mau pulang karena teman-teman pasti sudah nunggu kedatanganku. Tapi tanganku enggan dilepas Mbak Lia. Kayaknya Mbak Lia masih kepingin aku disini menemani rasa kesepian ditinggal suaminya pameran ke luar negeri. “Sayang.. temanin aku malam ini ya? Kalau sendiri aku borring. Please Say..? pinta Mbak Lia berulangkali.
Selanjutnya karena sedikit dipaksa, dan kebetulan aku juga ingin menikmati tubuhnya lagi. Akhirnya aku bermalam di rumahnya Mbak Lia. Sebelum ke kamar aku sempatin ambil buah dikulkasnya. Aku pilih buah Apple New Zealand. Lalu aku masuk ke kamar Mbak Lia yang sudah dari tadi nunggu dengan menggunakan pakaian sexynya. Ya.. Lagi-lagi pakaian sexy kesukaanku.
Kembali aku dan Mbak Lia bermain cinta aLias ngeseks di kamar yang telah didesain rapi dan artistik. Setelah fore play selama limabelas menit, aku masuk ke kamar mandi sambil membawa buah apple. Kemudian applenya aku lubangi seukuran penisku. Lalu aku keluar dan Mbak Lia sontak kaget melihat penisku dibungkus apple. “Gila kamu Dimas..?” sahut Mbak Lia dengan wajah geli, heran dan sedikit gemas. “Ini yang saya mau.. Mbak kan suka buah-buahan. Sekarang Mbak tinggal makan sedikit-demi sedikit applenya sambil mencicipi aroma penis rasa apple saya,” jawabku meminta Mbak Lia untuk segera melakukannya.
Dan tanpa pikir panjang penisku sudah disedotnya bak permen lolipop. “Ahh.. Ushh..!” suaraku mendesis menahan geli. Dan mulut Mbak Lia pun semakin aktif mengulum penisku. Semakin kebawah mulutnya mengulum buah pelirku sampai aku nggak kuat menahan geli. “Mmhh tepat sekali Penis dengan rasa buah apple,” sahut Mbak Lia girang. Setelah itu seperti yang aku minta ke Mbak Lia agar sama-sama saling melumat kemaluan dan itu memang terjadi. Wow.. Aku dan Mbak Lia berteriak bersama menahan geli. Selanjutnya.. “Masukin yuk.. Sayang?” tanya Mbak Lia. “Kutahu yang kau mau?” jawabku sambil mencoblos vaginanya Mbak Lia.
Cukup lama aku mengocok lubang vaginanya, dan akhirnya tubuh Mbak Lia Seperti kejang tanda akan segera turun larva yang panas dari bibir vaginanya. “Ochh.. Aku.. Ochh?” suara Mbak Lia mengeluarkan sperma puncaknya. Selang beberapa menit kemudian aku juga mengeluarkan sperma kental dari lubang penisku. “Ushh.. Crot.. Crot.. Crot”
Pagi, pukul 06.00 wita aku berpamitan pulang untuk kembali kerja walau dengan kepala agak pusing karena kurang tidur tadi malam. “Dimas.. Apa aku bisa ketemu kamu lagi..? Soalnya kamu asyik dan unik” tanya Mbak Lia memelas. “Kenapa nggak.. Saya seneng bisa seperti ini. Pokoknya jalani aja apa yang telah terjadi hari ini dan hari yang akan datang selama bisa menjaga rahasia kita berdua dan satu lagi.. Jaga rasa juice melonnya ya..?” jawabku nakal. “Ichh.. Kamu nakal..” sela Mbak Lia dibarengi dengan cubitan ke arah lenganku.
Begitulah kejadiannya yang begitu cepat berlalu dan tidak terasa satu tahun sudah perselingkuhan ini berlangsung. Dan kebetulan juga suami Mbak Lia juga suka berselingkuh seperti yang dituturkan Mbak Lia ke aku. Jadi KLOPLAH’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar